Sumber gambar: www.etsy.com/listing/168585747
Seorang laki-laki, berusia 40 tahun—usia yang tak lagi muda—suatu hari diberi sebuah perintah, “Baca!”. Perintah yang terdengar sederhana, tetapi ternyata mengubah hidup laki-laki itu, juga hidup lebih dari separuh manusia di dunia. Laki-laki paruh baya yang memulai perubahan dengan membaca itu bernama Muhammad saw..
Begitulah kita seharusnya. Usia biarkan saja berjalan dimakan tahun. Biar saja waktu yang menjadi tua. Namun, simpan baik-baik rasa ingin tahu, jangan biarkan ia lepas dari dada kita. Biarkan rasa ingin tahu terus menjadi muda, terus menjelma anak-anak yang selalu haus akan ilmu.
Saat seseorang menjelma ibu, misalnya. Biarkan saja rasa ingin tahu dalam dirinya lepas. Tentu saja, akan banyak hal membingungkan dalam dunia baru. Akan ada banyak mitos yang membayanginya, juga nasihat-nasihat yang segan ditolak dari para orangtua. Bagaimana mencari tahu mana yang benar? Solusinya tentu saja, dengan berani membaca lagi. Membuka buku lagi. Cari tahu semuanya, baca, temukan, baca. Sampai akhirnya, ia benar-benar menemukan apa yang tepat untuk bayinya.
Perjalanan menjadi orangtua akan membuat seseorang bersinggungan dengan banyak pendapat. Tetap saja, keingintahuan dan rasa haus akan ilmu harus terus dipupuk, harus terus tetap terjaga semangatnya. Jika ia bingung harus vaksin atau tidak? Maka, ia hanya perlu berani untuk membaca. Temukan buku-buku yang tepat. Cari solusi yang bermanfaat. MPASI yang benar? Baca, temukan yang cocok dengan pola unik setiap anak. Pengasuhan yang tepat dalam masa emas? Baca, kulik, baca, lalu menjadi tahu.
Membaca bukan lagi membuka jendela dunia, tetapi membaca adalah meletakkan fondasi dunia. Kita tak lagi hanya membuka, juga yang menentukan letak jendelanya.
Ilmu selalu baru, maka berlarilah, kejar terus agar tak ketinggalan. Tak ada yang terlalu tua dalam takaran mencari ilmu. Semua orang seharusnya berani muda, semua orang harusnya terus membaca.
Selamat bulan bahasa, mari terus manjakan hasrat muda, hasrat membaca.